Raha, Timeline.ID - Salah satu potensi pariwisata yang cukup mendongkrak nama daerah Muna di tingkat nasional bahkan internasional adalah tradisi perkelahian kuda. Sayang, tradisi tersebut hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu saja. Padahal, tradisi perkelahian kuda termasuk atraksi unik yang mungkin hanya ada di Muna. Itu salah satu fakta miris tentang kuda Muna.
Berikutnya, ada kesan kuda di Muna juga “tak terurus” dengan baik. Bahkan dari segi populasi, jumlah kuda di Muna saat ini sangat mengkhawatirkan. Semua itu adalah permasalahan serius yang sepertinya kurang disadari pemerintah. Sementara kuda menjadi lambang Muna, baik Kabupaten Muna maupun Muna Barat. Ironi memang. Lambang yang seharusnya menjadi ikon kebanggaan masyarakat Muna, justru terkesan tak dihiraukan.
Baca Juga : Bahasa Muna Terancam Punah
Dalam proses menjadikan kuda sebagai salah satu ikon utama Muna, pemerintah sebenarnya bisa belajar pada beberapa daerah di Indonesia seperti Sumbawa, Minahasa, ataupun Yogyakarta. Disana, kuda cukup mendongkrak perekonomian masyarakat. Susu kuda Sumbawa, misalnya. Hari ini berhasil mengangkat nama daerah Sumbawa di kancah nasional bahkan internasional. Di Minahasa, kuda menjadi salah satu alat transportasi masyarakat. Sementara di Yogyakarta, kuda menjadi daya tarik bagi para wisatawan.
Baca Juga : Menyingkap Unsur Ajaran Sufistik dalam Tradisi “Katoba”
Berbagai bukti di atas, seharusnya membangkitkan kesadaran masyarakat khususnya pemerintah untuk mulai memikirkan pemberdayaan kuda, agar menjadi salah satu ikon yang bisa menopang perekonomian masyarakat dan mengangkat citra daerah Muna. Jangan sampai suatu saat nanti, kuda di Muna hanya tinggal sejarah. (kamboose.com)